Desa Berdaya: Arah Baru Ikhtiar Membangun dari Akar di Usia NTB ke-67

Oleh: Dr. H. Ahsanul Khalik – Staf Ahli Gubernur Bidang Sosial dan Kemasyarakatan

Peluncuran Desa Berdaya menandai perubahan cara pandang pemerintah daerah terhadap desa. Selama ini, desa kerap diposisikan sebagai penerima kebijakan, pelaksana program, dan objek pembangunan. Dalam pendekatan Desa Berdaya, posisi itu digeser secara mendasar: desa ditempatkan sebagai subjek utama perubahan, perancang masa depannya sendiri, di mana Pemerintah Provinsi hadir sebagai pengarah, penguat, dan penjamin keadilan.

Perubahan cara pandang ini menjadi penting karena sebagian besar persoalan sosial NTB berakar dan bermuara di desa. Kemiskinan ekstrem, stunting, keterbatasan layanan kesehatan, rendahnya kualitas pendidikan, persoalan buruh migran, hingga rapuhnya perlindungan sosial, semuanya memiliki wajah desa. Jika akar persoalan ada di desa, maka penyelesaiannya pun harus dimulai dari desa, dengan pendekatan yang lebih manusiawi, partisipatif, dan berkelanjutan.

Desa Berdaya hadir bukan sebagai program sektoral, melainkan sebagai kerangka besar pembangunan berbasis desa. Ia mengintegrasikan kerja perangkat daerah provinsi, kabupaten/kota, dan desa dalam satu orkestrasi. Program kesehatan tidak lagi berjalan sendiri, demikian pula pendidikan, sosial, ketenagakerjaan, pemberdayaan ekonomi, dan perlindungan perempuan serta anak. Semuanya bertemu di desa – di ruang hidup warga – dengan data yang sama, sasaran yang sama, dan tujuan yang sama.

Dalam konteks kesehatan dan stunting, Desa Berdaya menempatkan posyandu, kader kesehatan, dan keluarga sebagai pusat intervensi. Bukan hanya penyaluran bantuan gizi, tetapi juga perbaikan sanitasi, air bersih, literasi kesehatan ibu, serta pendataan keluarga berisiko secara akurat. Stunting tidak dipandang sekadar masalah gizi, melainkan persoalan sosial yang membutuhkan keterlibatan lintas sektor dan gotong royong warga.

Di bidang pendidikan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia, Desa Berdaya mendorong desa menjadi ruang belajar. Sekolah desa, taman baca masyarakat, pendidikan nonformal, hingga pelibatan pemuda dalam inovasi sosial menjadi bagian dari ikhtiar menciptakan manusia NTB yang sehat, cerdas, dan berdaya saing. Pendidikan tidak lagi dibatasi oleh ruang kelas, tetapi tumbuh di tengah komunitas.

Persoalan buruh migran juga disentuh dari hulunya. Desa Berdaya mendorong pendataan yang rapi, literasi migrasi aman, penguatan keterampilan lokal, serta penciptaan peluang ekonomi berbasis potensi desa. Dengan demikian, migrasi menjadi pilihan sadar dan terlindungi, bukan keterpaksaan akibat kemiskinan dan sempitnya lapangan kerja.

Kekuatan utama Desa Berdaya terletak pada nilai-nilai yang menopangnya. Transparansi, memastikan warga tahu dan ikut mengawasi jalannya pembangunan. Partisipasi, membuka ruang musyawarah yang hidup, melibatkan perempuan, pemuda, dan kelompok rentan. Inovasi, mendorong desa menemukan solusi kontekstual atas persoalannya sendiri. Akuntabilitas sosial, menjaga agar kekuasaan tidak menjauh dari rakyat. Inklusi sosial dan gender, memastikan tidak ada warga yang tertinggal. Kemandirian dan daya saing, menguatkan ekonomi desa berbasis potensi lokal.

Nilai-nilai ini tidak dimaksudkan menjadi jargon, melainkan praktik sehari-hari. Balai desa yang terbuka, musyawarah yang substansial, data yang diperbarui, pelayanan publik yang ramah, dan BUMDes yang benar-benar produktif adalah wajah nyata Desa Berdaya. Di titik inilah kepercayaan antara negara dan rakyat dipulihkan, bukan lewat janji, melainkan lewat kerja yang dirasakan.

Peluncuran Desa Berdaya juga menegaskan bahwa pembangunan tidak bisa lagi berjalan sendiri-sendiri. Pemerintah provinsi memastikan bagaimana perangkat daerah bekerja terpadu. Pemerintah kabupaten/kota menjadi penghubung kebijakan dan pelaksanaan. Pemerintah desa menjadi panggung utama perubahan. Pemerintah pusat hadir melalui program kementerian dan lembaga yang diselaraskan dengan kebutuhan desa. NGO/LSM menguatkan pendampingan dan kontrol sosial. Dunia usaha dan perusahaan berkontribusi melalui CSR yang tepat sasaran. Perguruan tinggi menghadirkan pengetahuan dan inovasi. Media menjaga transparansi. Dan warga desa menjadi aktor utama.

Momentum launching ini semakin bermakna karena bertepatan dengan usia NTB ke-67. Pada usia itu, sebuah daerah seharusnya tidak lagi sibuk mengejar simbol kemajuan semata, tetapi mulai menata fondasi yang kokoh. Desa Berdaya adalah pilihan sadar untuk kembali ke akar, memastikan bahwa kemajuan yang dibangun tidak rapuh dan tidak meninggalkan siapa pun.

Jalan ini bukan jalan singkat. Ia menuntut konsistensi, kesabaran, dan keberanian menghadapi kenyataan. Namun sejarah selalu menunjukkan bahwa perubahan besar sering lahir dari langkah-langkah yang tampak sederhana: dari desa yang berani membuka data, dari warga yang mau terlibat, dari pemerintah yang bersedia mendengar, dan dari gotong royong yang dirawat.

Kelak, mungkin 16 Desember 2025 akan dikenang sebagai hari ketika NTB menegaskan arah barunya, bahwa desa bukan lagi pinggiran pembangunan, melainkan simbol perubahan. Dari desa, NTB membangun masa depannya. Dari akar, NTB menumbuhkan harapan. Dan dari ikhtiar bersama itulah, NTB Makmur Mendunia menemukan maknanya yang paling nyata. (*)

  • Related Posts

    Penambangan Ilegal, Suatu Tinjauan Hubungan Antar Pemerintahan

    Oleh: Dr. Agus, M.Si Peneliti PusDeK UIN Mataram Publik kembali digegerkan dengan kasus aktivitas tambang emas ilegal yang menelan korban jiwa di Dusun Kuta II, Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Lombok…

    Metilasi DNA Kanker Kolorektal : Target Epigenetik untuk Diagnosis dan Terapi

    Oleh: Fitria Ernawati Pendahuluan Secara global, Kanker Kolorektal (KRR) merupakan salah satu keganasan dengan angka kematian tertinggi, menempatkannya di posisi kedua penyebab kematian terkait kanker. Model patogenesis KRR secara tradisional berfokus…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    You Missed

    Puncak Acara HUT NTB ke-67, Gubernur Iqbal Paparkan Triple Program Unggulan

    Puncak Acara HUT NTB ke-67, Gubernur Iqbal Paparkan Triple Program Unggulan

    Peringatan HDI 2025, Yayasan LombokCare Gugah Kesadaran Kolektif Inklusi Disabilitas

    Peringatan HDI 2025, Yayasan LombokCare Gugah Kesadaran Kolektif Inklusi Disabilitas

    HUT ke-67 NTB, Gubernur Tegaskan “Gerak Cepat NTB Hebat” untuk NTB Makmur Mendunia

    HUT ke-67 NTB, Gubernur Tegaskan “Gerak Cepat NTB Hebat” untuk NTB Makmur Mendunia

    Desa Berdaya: Arah Baru Ikhtiar Membangun dari Akar di Usia NTB ke-67

    Desa Berdaya: Arah Baru Ikhtiar Membangun dari Akar di Usia NTB ke-67

    Kemiskinan Eksrem Masih Jadi PR di NTB, Wagub Ajak BKOW Perkuat Kerjasama

    Kemiskinan Eksrem Masih Jadi PR di NTB, Wagub Ajak BKOW Perkuat Kerjasama

    Putra Daerah NTB, Prof Kurniawan Tawarkan Transformasi Universitas Mataram

    Putra Daerah NTB, Prof Kurniawan Tawarkan Transformasi Universitas Mataram