
MATARAM (KabarBerita)-Guru Besar Fakultas Teknik, Universitas Mataram (Unram), Prof. Ir. Yusron Saadi, ST., MSc., PhD, resmi mendaftarkan diri sebagai Bakal Calon Rektor Universitas Mataram pada Rabu (12/11/2025). Ia menjadi pendaftar kelima dalam proses penjaringan bakal calon Unram yang masih berlangsung hingga batas akhir pendaftaran pada 13 November 2025.
Prof. Yusron menyampaikan alasannya ikuti mendaftar sebagai Rektor Unram dikarenakan, sudah cukup lama di struktural Unram, dan kondisi saat ini yang sangat-sangat dinamis membuat dirinya terpanggil ingin ikut tampil di kontestasi kali ini. Disamping itu, Ia berharap supaya bisa berkontribusi lebih jauh untuk memajukan Unram yang salam ini tempat pengabdiannya sebagai Guru Besar. “Kan sangat diharapkan, supaya tidak ada istilahnya hanya satu dua calon yang ikut, dikarenakan minimal empat calon untuk berlanjutnya proses (pemilihan Rektor) ini,”ujarnya kepada awak media disela-sela penyerahan berkas pendaftaran.
Menurutnya, semakin banyak calon semakin baik, itu menunjukkan ada dinamika demokrasi, ada orang yang mengerti bahwa banyak pihak di Unram ini yang ingin terlibat dalam pembangunan atau memajukan Unram. “Artinya dinamika demokrasi itu berjalan, dan banyak orang yang ingin memajukan (Unram,red),” tambah Prof. Yusron.
Prof. Yusron juga mengatakan dengan kedatangannya sebagai pendaftar kelima ini, tentunya akan menambah uforia kontetasi Rektor Unram, dan menjadikan pemilihan Calon Rektor itu bisa berjalan. “Karena kalau kurang juga akan diperpanjang, jadi tidak akan berlangsung proses ini, harus banyak calon, minimal empatlah baru bisa ke tahap selanjutnya,”sambungnya.
Prof. Yusron juga menyampaikan gagasan besarnya ketika nanti dirinya bisa masuk sebagai calon Rektor Unram periode 2026–2030 dan terpilih sebagai rektor. Meskipun belum disahkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Unram memiliki visi baru Yakni menjadi perguruan tinggi yang unggul, berdampak, dan berdaya saing global. Hal ini sejalan dengan konsep besarnya, sebab menurutnya istilah kata global itu lebih kuat, memiliki tantangan yang lebih besar dibanding kata internasional karena menuntut universitas mampu bersaing di kancah dunia, bukan sekadar memiliki mahasiswa satu dua orang dari luar negeri atau kolaborasi lintas negara. “Jadi kita harus bersatu untuk memajukan Unram,”serunya.
Ia menyingkung soal banyak pihak menganggap bahwa Perguruan Tinggi hanyalah sebuah “menara gading” yang
keberadaannya tidak memberi dampak bagi masyarakat. Perguruan Tinggi sibuk mengejar ranking nasional maupun internasional dalam wujud atribut bernama World University Ranking (WUR) agar masuk dalam jajaran elit sebagai World Class University (WCU).
Menurutnya, hal tersebut tidak ada yang
salah dengan keinginan tersebut apalagi Unram mengusung visi besar sebagai Perguruan Tinggi Unggul, Berdampak, dan Berdaya Saing Global. Untuk mencapainya diperlukan sumber daya manusia yang cakap dan sumber dana yang memadai agar transformasi pendidikan tinggi
bisa dilakukan. “Kampus tidak bisa lagi berjalan sendiri dalam menghasilkan riset dan sumber daya manusia unggul. Hal ini menggarisbawahi betapa pentingnya kolaborasi lintas sektor demi menciptakan inovasi yang berdampak bagi kemajuan bangsa,”ucapnya.
Terlebih, kata Prof Yusron, konsep university 4.0 sebagai pendekatan baru yang menempatkan dosen sebagai aktor kunci dalam kolaborasi antara akademisi, pemerintah, industri, dan masyarakat akan memungkinkan pendidikan tinggi, sains, dan teknologi yang berdampak. Paradigma University 4.0 dengan konsep kolaborasi quadruple helix, memungkinkan akademisi dapat berkolaborasi dengan berbagai sektor seperti pemerintah, UMKM, industri, hingga masyarakat. Sebagai sebuah model sistem inovasi yang menekankan kolaborasi dan interaksi antara empat aktor utama, yaitu perguruan tinggi (akademisi), industri, pemerintah, dan masyarakat (termasuk masyarakat sipil dan media) quadruple helix bertujuan untuk mendorong pertumbuhan industri kreatif, meningkatkan inovasi, membangun ekonomi berbasis pengetahuan, dan menciptakan daya saing bangsa dengan menjembatani kesenjangan antara teknologi dan kebutuhan masyarakat.
Oleh sebab itu, lanjut Prof Yusron, pola pikir riset dan budaya ilmiah perlu dibangun tidak hanya di dalam kampus, melainkan juga dibumikan dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, dosen perlu menjadi agen yang menjembatani hasil riset dengan kebutuhan riil di lapangan. “Peran aktif dosen dalam menciptakan ekosistem inovasi akan menentukan masa depan Indonesia sebagai negara maju,”katanya.
Selain itu, Prof. Yusron yang berpengalaman di berbagai posisi struktural di Unram mengatakan, bahwa di era desentralisasi, setiap perguruan tinggi harus berkontribusi dalam pembangunan daerah sesuai sumber daya yang dimilikinya. Strategi pembangunan daerah yang berbasis pada kebijakan inovasi sangat diperlukan karena inovasi merupakan penggerak perkembangan dan pertumbuhan ekonomi.
Dalam Indikator Kinerja Utama (IKU) Diktisaintek Berdampak, aspek inovasi dan kontribusi atau dedikasi pada masyarakat menjadi sasaran utama selain aspek talenta dan tata kelola berintegritas. Kehadiran IKU Dikstisaintek berdampak dilatar belakangi oleh harapan
agar perguruan tinggi sebagai lembaga ilmu pengetahuan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat mampu memberi dampak nyata bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Konsep ini menegaskan pentingnya sinergi antara talenta unggul, riset dan inovasi yang relevan, pengabdian yang berdaya guna, dan tata kelola berintegritas.
Pasalnya, tiga pilar utama Diktisaintek Berdampak adalah talenta, inovasi, dan kontribusi. Arah kebijakan baru ini bertujuan untuk mengubah perguruan tinggi menjadi pusat solusi bagi permasalahan nasional, bukan hanya tempat menghasilkan lulusan berkualitas. “Kebijakan ini fokus pada pemanfaatan sains, teknologi, dan inovasi untuk menciptakan dampak nyata bagi masyarakat dalam penyelesaian masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan sehingga visi Indonesia Emas 2045 yang menjadikan pendidikan tinggi sebagai penggerak perubahan dapat terwujud,”jelasnya.
Lebih lanjut Prof. Yusron mengatakan bahwa Unram secara Sumber Daya Manusia (SDM) sudah hebat, baik dari segi tenaga kependidikan dan mahasiswa yang mencapai 36 ribu lebih baik dari dalam negeri (seluruh Indonesia) maupun dari luar negeri. “Jadi tantangannya berat kedepan, sehingga memang dibutuhkan paling tidak ada pengalaman manajerial sebelumnya,” ucapnya.
Saat ini Unram, katanya, memiliki tenaga doktor sudah seperti tiga, dan memilki peneliti handal, ada yang berkolaborasi dengan luar negeri, ada hibah asing yang sudah di terima, dan dampak dari karya-karyanya harus bisa di hilirisasi menjadi nilai tambah dan untuk masyarakat sekitar. Dan tidak melupakan pembangunan daerah karena peran perguruan tinggi itu harus nyata dalam pembangunan daerah. (Wir/red).






