
Lombok Tengah(KabarBerita) – Di balik rutinitas pesantren yang padat, tersimpan kisah inspiratif dari seorang remaja perempuan yang lembut tapi tangguh. Namanya Durrotun Nasihah, 14 tahun, santriwati sekaligus siswi di Pondok Pesantren Abul Barokat Wanafaht NWDI Bunkate, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah. Tahun ini, ia bersiap mewakili Nusa Tenggara Barat di ajang Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) XVII Paperpenas 2025 Jakarta pada cabang olahraga karate.
Meski dikenal feminin dan lembut dalam kesehariannya, Durro, begitu teman-temannya memanggilnya, berubah menjadi sosok tegas dan berani setiap kali mengenakan karate gi di atas tatami. Ia mulai menekuni karate sejak usia enam tahun, berlatih di dojo Meninting, Kecamatan Batulayar, di bawah bimbingan sinse Baiq Apri yang sabar menuntunnya sejak dasar.
“Awalnya cuma ikut teman latihan, tapi lama-lama saya suka. Karate bikin saya belajar disiplin, berani, dan percaya diri,” ujar Durro sambil tersenyum malu.
Sebagai santriwati, Durro terbiasa hidup dengan jadwal yang padat. Setiap pagi dan sore ia mengikuti kegiatan pesantren , mulai dari mengaji, belajar kitab, hingga pelajaran sekolah. Namun di sela-sela waktu istirahatnya, Durro tetap menyempatkan diri untuk berlatih. Ia menyebut latihan karate sebagai bentuk istirahat yang menguatkan hati dan tubuh.
Bagi Durro, karate bukan sekadar olahraga fisik, tetapi sarana menempa karakter dan ketekunan. “Saya ingin membuktikan bahwa santri juga bisa berprestasi di bidang olahraga, tanpa kehilangan jati diri sebagai santri dan perempuan,” tuturnya mantap.
Pimpinan Pondok Pesantren Abul Barokat Wanafaht NWDI, Dr. TGH. Ahmad Imanuddin Sumar, turut bangga atas semangat anak didiknya itu.
“Durro adalah contoh santriwati yang seimbang antara ibadah, belajar, dan prestasi. Ia tekun, rendah hati, dan punya semangat luar biasa,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMP Islam Abul Barokat, Hurmiati, S.Pd., juga tak menyembunyikan rasa harunya.
“Durro itu anak yang sopan dan sangat disiplin. Di sekolah ia dikenal lembut dan ramah, tapi di lapangan karate, semangat juangnya luar biasa. Kami semua di sekolah sangat bangga dan mendukung penuh langkahnya di Popnas nanti,” ujar Hurmiati.
Kini, Durro tengah fokus mempersiapkan diri menghadapi Popnas 2025. Dengan dukungan pelatih, guru, dan orang tuanya, ia berharap bisa meraih medali dan mengharumkan nama pesantren serta daerahnya.
“Saya ingin membawa kebanggaan untuk NTB, untuk orang tua, dan untuk semua santri di luar sana,” ucapnya penuh keyakinan.
Kisah Durrotun Nasihah menjadi cermin bahwa kelembutan dan ketangguhan bisa berjalan beriringan. Di tengah lantunan doa dan disiplin pesantren, ia menumbuhkan mimpi besar bahwa perempuan, bahkan dari sudut kecil pesantren, bisa melangkah gagah di panggung nasional.

 Kabarberita
Kabarberita





