
Mataram, (KabarBerita) — Bencana banjir dan longsor yang menerjang provinsi Sumatra dan Aceh menggugah rasa kemanusiaan karena banyaknya korban jiwa, harta dan materi.
Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasarudin Umar, MA., bahkan mendorong seluruh Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dibawah naungan Kementrian Agama (Kemenag) RI, untuk memperluas akses pendidikan tinggi bagi putra-putri Sumatra dan Aceh yang terdampak bencana.
Dorongan itu disampaikan Menag RI, KH. Nasarudin dalam agenda nasional Launching Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) PTKIN Tahun 2026 yang diikuti oleh pimpinan PTKIN, jajaran Kementerian Agama, serta pemangku kepentingan pendidikan Islam dari seluruh Indonesia, pada Senin (22/12).
Hadir dalam kesempatan itu rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Prof. Dr. TGH. Masnun Tahir, M.Ag, yang juga merupakan Ketua Forum Rektor PTKIN Indonesia.
Dalam arahannya, Menteri Agama menyampaikan bahwa PTKIN tidak hanya berfungsi sebagai institusi akademik, tetapi juga sebagai ruang pengabdian sosial dan kemanusiaan. Oleh karena itu, ia meminta seluruh rektor PTKIN untuk membuka akses pendidikan tinggi gratis bagi putra-putri Sumatra dan Aceh yang terdampak bencana sebagai bentuk kepedulian konkret negara melalui lembaga pendidikan Islam.
Menurut Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta itu, akses pendidikan yang berkeadilan merupakan kunci dalam menjaga harapan dan masa depan generasi muda di wilayah terdampak bencana. Skema kepedulian ini diharapkan tidak sebatas pembebasan biaya pendidikan, tetapi juga mencakup pendampingan akademik, pembinaan karakter, serta dukungan sosial agar mahasiswa dapat menempuh pendidikan dengan baik dan berkelanjutan.
KH. Nazarudin menegaskan bahwa kebijakan afirmatif tersebut sejalan dengan misi PTKIN dalam melahirkan generasi tafaqquh fiddin yang memiliki kepekaan sosial, integritas moral, dan tanggung jawab kemanusiaan. Pendidikan Islam, menurutnya, harus mampu hadir sebagai solusi dan penguat bagi masyarakat dalam situasi krisis dan pemulihan pascabencana.
Arahan Menteri Agama tersebut mendapat respons positif dari pimpinan PTKIN. Ketua Forum Rektor PTKIN Indonesia, Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag., menyatakan bahwa Forum Rektor siap mengonsolidasikan langkah bersama untuk menindaklanjuti kebijakan tersebut sesuai dengan kapasitas dan karakteristik masing-masing PTKIN. Ia menilai inisiatif ini sebagai bentuk nyata solidaritas nasional PTKIN dalam menjamin keberlanjutan pendidikan generasi muda Aceh.
Prof. Masnun juga menegaskan bahwa sinergi antarsesama PTKIN, Kanwil Kementerian Agama, madrasah, dan pondok pesantren menjadi kunci dalam memastikan program akses pendidikan gratis ini tepat sasaran dan berkelanjutan. Selain itu, pendampingan yang sistematis dipandang penting agar mahasiswa penerima manfaat dapat berkembang secara akademik dan sosial.
Melalui kebijakan ini, Menteri Agama berharap PTKIN dapat berkontribusi langsung dalam proses pemulihan sosial dan pembangunan sumber daya manusia pascabencana di Aceh. Pendidikan tinggi Islam diharapkan menjadi jalan pemulihan harapan, sekaligus fondasi bagi lahirnya generasi Aceh yang unggul, berdaya saing, dan berkontribusi bagi bangsa dan peradaban. (*)








