
MATARAM (KabarBerita) – Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, melakukan kunjungan ke Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam rangka menyerap aspirasi terkait revisi Undang-Undang Pangan.
Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi atau yang lebih dikenal dengan sebutan Titiek Soeharto, memimpin delegasi Komisi IV DPR RI dalam kunjungan kerja spesifik ke Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Titiek Soeharto mengatakan kunjungan Komisi IV DPR RI ke NTB tidak lain untuk menerima saran dan masukan yang nantinya akan dijadikan acuan dalam merumuskan revisi undang-undang pangan. “Kami banyak dapat masukan-masukan yang akan kita gunakan untuk revisi undang-undang pangan,” ungkapnya seusai melakukan pertemuan bersama Gubernur, Wakil Gubernur, Pj Sekda, dan kepala OPD se-NTB di ruang Rapat Tambora, lingkup kantor Gubernur, Rabu (12/11/2025.
Titiek Soeharto juga mengatakan, komisi IV telah melakukan berbagai kunjungan kerja ke berbagai daerah yang menyediakan stok pangan di NTB, seperti melakukakan kunjungan ke Bulog, Balai Benih dan lainnya.
“Balai benih itu masih bagus cuman kurang perawatan, kita minta supaya pemerintah daerah memberikan perhatiannya supaya itu terus dirawat, diberdayakan lagi karena ini sumber dari bibit-bibit ikan, ini yang akan disebar ke seluruh NTB, jadi supaya dibersihkan dibaguskan lagi,”katanya.
Titiek Soeharto juga menitik beratkan perhatiannya ke Gudang Bulog yang berdekatan dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Sandubaya. Ia menilai hal tersebut kurang pas, perlu penanganan serius dari Pemerintah Provinsi dan Kota, supaya ada tempat yang lebih cocok.
“Gudang bulog yang kita tinjau kemarin, gudang itu dibangun di zaman Pak Harto dulu, bagus masih kokoh, tapi sebelahnya tiba-tiba ada TPA (TPS Sandubaya), TPA itu kita lihat waktu masuk aja baunya sudah menyengat, nah ini kan kurang higenis untuk beras, beras yang disimpan di situ. Sedangkan beras ini adalah nanti untuk konsumsi masyarakat NTB. Jadi supaya diperhatikan gimana caranya supaya TPA ini direlokasi di tempat yang lain,” terang Titiek.
Titiek Soeharto juga menyinggung masalah Sapi yang ada di NTB. Menurutnya NTB merupakan daerah penghasil sapi yang melimpah, Ia berharap supaya ke depannya NTB menjadi pemasok daging skala Nasional.
“Jadi untuk nanti bisa swasembada daging mungkin bisa ditingkatkan lagi ini produksi sapi-sapi di sini, lebih diperhatikan lagi oleh kementerian pusat. supaya NTB ini bisa sebagai lumbung daging nasional,” tuturnya.
Lebih lanjut Titiek Soeharto menyampaikan bahwa, alih fungsi lahan yang dilakukan dibeberapa tempat di daerah-daerah, supaya menjadi perhatian khusus, agar tidak dilakukan pembangunan di daerah yang menjadi tempat penghasil pertanian yang melimpah. “Boleh pembangunan itu ditingkatkan. tapi jangan di bangun di tanah-tanah subur, di tanah-tanah yang produktif, dibangunnya di tempat yang mungkin tanah yang kurang produktif,” imbuhnya.
Titik soeharto juga angkat bicara,Terkait adanya pro kontra soal gelar pahlawan Nasional yang disematkan untuk soeharto, Presiden ke-2 RI. Menurutnya Pro kontra boleh-boleh saja, tidak menjadi masalah, karena ini negara demokrasi, karena pro kontra itu masyarakat sendiri yang menilai.
“Mau pro mau kontra, tapi yang penting masyarakat banyak, mayoritas rakyat Indonesia menginginkan bahwa presiden kedua Republik Indonesia mendapat penghargaan, jadi masyarakat yang menilai,” pungkasnya mantan istri Presiden RI, Prabowo Subianto. (Wir/red).






