Analisa Kekuatan Politik Jokowidodo dan Prabowo Subianto

  1. Oleh: Dr. Agus, M.Si
    Peneliti PusDeK UIN Mataram

 

Pada September 2025, Joko Widodo (Jokowi) telah menyelesaikan dua periode jabatannya sebagai presiden tahun 2014 hingga 2024. Menariknya meskipun sudah tidak menjadi presiden Jokowi tetap menjadi figur berpengaruh di persilatan politik tanah air. Sementara Prabowo Subianto menjabat sebagai Presiden ke-8 sejak Oktober 2024. Kekuatan politik keduanya dibentuk oleh latar belakang, basis dukungan, dan strategi yang berbeda, yang menciptakan dinamika rivalitas pasca-transisi kekuasaan. Analisis ini berdasarkan pada perkembangan terkini, termasuk prediksi dual power dan perbandingan kualitas kepemimpinan. Analisa dilakukan dengan melakukan perbandingan terhadap lima aspek, yakni: latar belakang; basis dukungan; gaya kepemimpinan; pengaruh; dan kelemahan potensial.
Hasil Analisis
Latar belakang. Jokowi berasal dari kalangan rakyat biasa, mantan pengusaha mebel dan Walikota Solo, naik melalui jalur sipil tanpa latar militer yang kuat. Fokus pada pembangunan infrastruktur dan ekonomi rakyat. Sedangkan Prabowo berasal dari keluarga elit, mantan jenderal militer dengan pengalaman di Kopassus, serta pengusaha besar. Latar militer memberikan akses ke jaringan keamanan dan bisnis.
Basis dukungan. Jokowi mendapat dukungan grassroots dari kalangan menengah bawah, PDIP (awalnya), dan citra sebagai “presiden rakyat”. Pasca-2024, pengaruh melalui keluarga (misalnya Gibran sebagai Wakil Presiden, Boby Nasution sebagai Gubernur dan satu anaknya lagi sebagai Ketua Partai Politik) dan warisan proyek seperti IKN. Prabowo, mendapat dukungan kuat dari koalisi besar (KIM Plus), militer, pengusaha, dan partai seperti Gerindra. Approval rating tinggi mencapai 80% pada 100 hari pertama, didukung oleh hampir semua kekuatan politik di parlemen.
Gaya kepemimpinan. Jokowi memiliki gaya kepemimpinan pragmatis dan populis, dengan pendekatan blusukan (kunjungan langsung ke rakyat) serta fokus pada stabilitas ekonomi dan inklusivitas. Oleh karena itu ia dikenal sebagai pemimpin yang adaptif terhadap opini publik. Sedangkan Prabowo memiliki gaya kepemimpianan otoriter-militer den gan sentuhan karismatik, menekankan disiplin, nasionalisme, dan perlawanan terhadap “kekuatan asing”. Lebih berorientasi pada kepemimpinan kuat dan koalisi elit.
Pengaruh saat ini. Jokowi tetap berpengaruh melalui warisan politik, seperti dukungan di Pilkada 2024 dan citra positif pasca-kepresidenan. Sedangkan Prabowo sebagai presiden aktif, memiliki kekuatan eksekutif penuh dengan dukungan parlemen terkuat, disebut sebagai “presiden terkuat di dunia” oleh Jokowi sendiri.
Kelemahan potensial. Jokowi Rentan terhadap kritik atas dinasti politik (misalnya anak dan menantunya di jabatan tinggi) dan rivalitas dengan Prabowo yang semakin nyata. Sedangkan Prabowo potensi pecah kongsi dengan Jokowi di masa depan, serta kritik atas kualitas kepemimpinan yang dianggap beda jauh dalam hal transparansi.
Bagian lain yang menarik Adalah kedua tokoh ini memiliki keunikan. Jokowi memiliki keunikan populisme pragmatis dari bawah ke atas. Kekuatan Jokowi bersifat grassroots dan adaptif, berasal dari image sebagai “orang biasa” yang dekat dengan rakyat. Ini unik karena ia membangun kekuasaan melalui narasi inklusivitas dan proyek nyata seperti infrastruktur, yang menciptakan loyalitas jangka panjang di kalangan masyarakat pedesaan dan urban miskin. Berbeda dengan elit tradisional, kekuatan Jokowi adalah kemampuannya mengubah opini publik menjadi modal politik, seperti dalam Pilkada 2024 di mana dukungannya membantu kemenangan koalisi. Namun, ini juga membuatnya rentan terhadap fluktuasi citra, terutama di tengah kemelut elit pasca-2024.
Sedangkan keunikan Prabowo memiliki keunikan otoritas elit dan koalisi Institusional. Prabowo besar dari pada latar militer dan jaringan elit yang memberikan akses ke kekuatan institusional, seperti dukungan parlemen hampir mutlak dan kontrol atas aparatur negara. Ini membedakannya dari Jokowi karena Prabowo lebih mengandalkan disiplin hierarkis dan nasionalisme anti-asing, yang terlihat dalam pidatonya tentang “kekuatan asing” yang mengancam Indonesia. Keunikan ini membuatnya tampak sebagai pemimpin “terkuat”, dengan approval rating tinggi dan kemampuan menghimpun kekuatan politik pasca-kabinet Merah Putih. Namun, ini bisa menjadi beban jika menimbulkan persepsi otoritarianisme.
Secara keseluruhan, perbedaan ini menciptakan dinamika dual power di 2025, di mana Jokowi mewakili kekuatan rakyat, sementara Prabowo mendominasi kekuasaan formal. Prediksi ke depan menunjukkan potensi pecah kongsi, terutama menjelang 2029, tergantung pada bagaimana keduanya mengelola rivalitas ini.

 

 

  • Related Posts

    Bahkan setelah Meninggal Dunia Mereka Masih “Berseteru”: Refleksi Hari Pahlawan 2025

    Oleh: Mastur Sonsaka (Pecinta Gus Dur) 10 November 2025 – Hari Pahlawan kembali kita peringati di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang semakin digital dan terpolarisasi. Pagi ini, di Istana Negara…

    Mengurai “Dua Angka Stunting”:  SSGI vs E-PPGBM

    Oleh: dr. H. Emirald Isfihan, MARS.,MH.,CMC.,FISQua (Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram) 
Ketika “dua angka” memicu polemik. Di sejumlah daerah, publik sempat mempertanyakan “mengapa angka stunting naik/turun” saat membandingkan e-PPGBM (dashboard…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    You Missed

    Diusung Lintas Fakultas dan Generasi, Prof. Kurniawan Siap Pimpin Unram Menuju Era Kolaboratif

    Diusung Lintas Fakultas dan Generasi, Prof. Kurniawan Siap Pimpin Unram Menuju Era Kolaboratif

    Pemprov NTB Alokasikan Anggaran Rp 2,9 Miliar untuk Tim Percepatan, Ini Rincian Gaji Masing-Masing Tim

    Pemprov NTB Alokasikan Anggaran Rp 2,9 Miliar untuk Tim Percepatan, Ini Rincian Gaji Masing-Masing Tim

    416 Orang Daftar “Beauty Contest” Eselon III, Dua Orang Dinyatakan Gugur

    416 Orang Daftar “Beauty Contest” Eselon III, Dua Orang Dinyatakan Gugur

    APD Desak Gubernur NTB Cabut Izin PT. Sadhana Arif Nusa

    APD Desak Gubernur NTB Cabut Izin PT. Sadhana Arif Nusa

    Hari Pahlawan 2025, Waka Komisi X DPR Miq Ari Ajak Generasi Muda Jadi Hero Zaman Now

    Hari Pahlawan 2025, Waka Komisi X DPR Miq Ari Ajak Generasi Muda Jadi Hero Zaman Now

    Politisi Nasdem NTB Lalu Arif Sampaikan Selamat Atas Penganugrahan Gelar Pahlawan Nasional Kepada Sultan Bima XIV Muhammad Salahudin

    Politisi Nasdem NTB Lalu Arif Sampaikan Selamat Atas Penganugrahan Gelar Pahlawan Nasional Kepada Sultan Bima XIV Muhammad Salahudin