DPRD NTB Pertanyakan Retribusi Kapal Pesiar di Gili Mas Hanya 5 Persen

LOMBOK BARAT (KabarBerita) – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi NTB mempertanyakan minimnya retribusi yang diperoleh pemerintah provinsi NTB dan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dari kegiatan bongkar muat kapal pesiar di Pelabuhan Gili Mas, Lembar, Lombok Barat.

Dimana berdasarkan aturan, jumlah retribusi yang disetor PT Pelindo selaku pengelola Pelabuhan Gili Mas untuk sekali bongkar muat Kapal Pesiar hanya sebesar 5 persen.

“Kami kaget, retribusi kapal pesiar ini sangat kecil hanya 5 persen sekali bongkar muat. Kami juga mempertanyakan bagiamana model devidennya. Sebagai daerah yang disandarkan dari provinsi NTB dan kabupaten Lombok Barat bisa dapat apa?” tanya Hamdan Kasim ketua komisi IV DPRD NTB saat melakukan kunjungan kerja komisi ke PT Pelindo, pada Kamis (13/2/2025).

Menurut Hamdan besaran retribusi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari aktivitas kapal di kawasan PT Pelindo itu dianggap terlalu kecil dengan banyaknya aktivitas kapal pesiar pada tahun 2024 yang mencapai 22 kali sandar.

“Saya pertanyakan aturannya. Kalau 5 persen ke negara berapa ke pusat? Berapa ke provinsi? Berapa ke daerah Lombok Barat? Kalau segitu, pelabuhan ini buat apa? Lebih baik tidak ada,” tegas politisi Partai Golkar ini.

Bayangan Hamdan, jika 22 kapal pesiar sandar di Pelabuhan Gili Mas, maka PT Pelindo akan menerima pendapatan Rp 5,8 miliar. Maka PNBP yang diterima negara ke daerah sebesar 5 persen itu tidak lebih dari Rp 300 juta.

“Itu sangat tipis sekali PAD yang kita dapat ini. Kalau seperti itu polanya, untuk apa kita punya pelabuhan Gili Mas ini,” ujarnya.

General Manager PT Pelindo Kunto Wibisono mengatakan pendapatan dari kapal pesiar dan aktivitas kapal di Gili Mas ini dialokasikan untuk pengembangan Gili Mas. Mulai dari proses pembebasan lahan, dan pembangunan dermaga serta fasilitas yang memerlukan nilai cukup besar.

“Ada juga biaya pengelolaan biaya operasional dan biaya pegawai kami ya,” ujar Wibisono.

Menurut Wibisono sesuai kesepakatan retribusi kapal pesiar sekali sandar di pelabuhan Gili Mas mencapai Rp 200 juta. Selama tahun 2024, sebanyak 22 kapal pesiar sudah sandar di Pelabuhan Gili Mas.

“Tahun ini sudah ada 8 kapal pesiar yang sandar dari rencana 29 kapal sampai bulan Desember 2025,” katanya.

Menurut Wibisono 5 persen retribusi kapal pesiar untuk negara itu diserahkan langsung ke Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas III Lembar Lombok Barat.

“Jadi pendapatan yang diterima bongkar muat ini PT Pelindo memberikan 5 persen ke KSOP Kelas III Lembar. Secara kewajiban penyerahan itu melalui perjanjian kerjasama antara PT Pelindo sebagai badan usaha pelabuhan,” ujar Wibisono.

Wibisono mengatakan pada tahun 2024, kapal pesiar Cruise membawa penumpang sebanyak 72.910 penumpang ke Lombok. Rata-rata lama kapal sandar hanya 12 jam di Pelabuhan Gili Mas.

Ditempat yang sama anggota Komisi IV DPRD NTB Suharto juga memberikan masukan kepada PT Pelindo untuk mewaspadai climet change yang sewaktu-waktu terjadi di daerah kawasan pelabuhan Gili Mas.

“Ini juga perlu diwaspadai bagiamana kedalaman pelabuhan untuk menghindari climet change dan force mejure,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan NTB Lalu Moh Faozal yang turut hadir menjelaskan bahwa keberadaan pelabuhan Gili Mas Lembar Lombok Barat tentu sangat potensial bagi Provinsi NTB dan Kabupaten Lombok Barat.

“Pembangunan Gili Mas ini sangat potensial. Di sini ada 4 aktivitas bisnis sangat potensial, ada Tugu Mas, ada Gili Mas, Pelabuhan Yacht dan Petikemas (rencana),” katanya.

Awal pembangunan Gili Mas kata Faozal dilakukan dengan mereklamasi 15 hektar lebih kawasan pantai di Kecamatan Lembar. Bahkan dalam rencana, Gili Mas bakal dijadikan Petikemas seperti di pelabuhan Perak Surabaya.

“Keluhan pertama kenapa daerah kita tidak bisa ekspor impor karena kita belum bisa melakukan peti kemas. Jadi ini skenario kita reklamasi awal Gili Mas untuk peti kemas,” ujar Faozal.

Selain itu Faozal melanjutkan PT Pelindo juga mengelola khusus Yacht yang akan dikembangkan oleh Pelindo. Jika ini bisa dikelola bisa mendapatkan pendapatan asli daerah cukup signifikan.

“Dulu kita mati-matian gandeng Cruise untuk bisa sandar di sini. Jadi kami melihat lebih bermanfaat ekonomi kita ketimbang mengelola Bandara,” tandas Faozal.

Related Posts

Komisi III Sayangkan Tim Iqbal-Dinda Jadi Calon Komisaris Bank NTB Syari’ah

MATARAM (KabarBerita) – Ketua Komisi III DPRD NTB, Sambirang Ahmad menyayangkan ketua tim pemenangan Iqbal-Dinda, Lalu Anis Mudjahid Akbar masuk dalam 10 nama calon Komisaris Independen Bank NTB Syari’ah yang…

Sekjen Golkar Firadz Tepis Rumor Musda Golkar NTB Dialihkan ke DPP

MATARAM (KabarBerita)-Sekretaris DPD Partai Golkar NTB, Firadz Pariska menepis kabar penundaan Musyawarah Daerah (Musda) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golongan Karya (Golkar) Nusa Tenggara Barat (NTB) dikarenakan akan diambil alih…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You Missed

Tanah Warga Belum Dibayar, LBH LSM Lira Layangkan Somasi Ke BPKAD Lombok Utara

Tanah Warga Belum Dibayar, LBH LSM Lira Layangkan Somasi Ke BPKAD Lombok Utara

UIN Mataram Rangking Lima Peminat masuk PTKIN

UIN Mataram Rangking Lima Peminat masuk PTKIN

BRIDA NTB Gandeng UMKM untuk Pemanfaatan Mesin Karoseri

BRIDA NTB Gandeng UMKM untuk Pemanfaatan Mesin Karoseri

Prof. Ridwan Mas’ud Sebut Seleksi Calon Komisaris Bank NTB Syariah Profesional dan Obyektif

Prof. Ridwan Mas’ud Sebut Seleksi Calon Komisaris Bank NTB Syariah Profesional dan Obyektif

Pemudah Akses Pelayanan, BNNK Mataram Hadir di Mall Pelayanan Publik

Pemudah Akses Pelayanan, BNNK Mataram Hadir di Mall Pelayanan Publik

Mengenal Sosok Lalu Anis, Cak Kholid : Komandan Perang Teguh Kembulan