
Mataram, (KabarBerita) – Sejarah baru kembali terukir dalam dunia akademis, tiga rektor perguruan tinggi negeri lintas agama bersepakat menginisiasi gagasan besar yang akan menjadi pijakan baru pendidikan nasional.
Melalui forum akademik bertajuk “Orkestrasi Cinta Trio Rektor: Fondasi Kurikulum Cinta, Kerukunan Baru, dan Ekoteologi untuk Generasi Emas 2045”, UIN Mataram menjadi host yang menghadirkan narasi segar tentang pendidikan yang humanis, inklusif, dan berwawasan lingkungan.
Rektor UIN Mataram, Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag., Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta, Prof. Dr. H. Toto Suharto, S.Ag., M.Pd., serta Rektor IAHN Gde Puja Mataram, Prof. Dr. Ir. I Wayan Wirata, A.Ma., S.E., M.Si., M.Pd., satu diksi satu narasi kompak membawa visi bersama. Penguatan tiga gagasan utama Menteri Agama kurikulum cinta, kerukunan baru, dan ekoteologi yang didorong sebagai paradigma pendidikan yang mampu menjawab tantangan bangsa menuju Indonesia Emas 2045.
Prof. Masnun Tahir menekankan bahwa pendidikan Islam masa depan harus berakar pada nilai cinta dan kasih sayang.
“Kurikulum cinta adalah jalan kita membentuk manusia yang bukan hanya cerdas intelektual, tetapi juga matang spiritual, berakhlak mulia, dan peduli pada sesama,” ungkap Prof Masnun, Selasa (16/9).
Sementara itu, Prof. Toto Suharto menyoroti pentingnya membangun kerukunan baru di tengah tantangan multikulturalisme.
“Indonesia berdiri atas keberagaman. Pendidikan kita harus mampu menumbuhkan kerukunan yang otentik, tidak hanya formal, tetapi juga substantif dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya.
Prof. I Wayan Wirata menambahkan dimensi ekoteologi sebagai jawaban atas krisis lingkungan global.
“Ekoteologi menuntun kita melihat alam bukan sekadar objek eksploitasi, melainkan amanah yang harus dijaga. Pendidikan lintas iman harus membangun kesadaran ekologis generasi muda agar mampu hidup harmonis dengan alam,” tegasnya.
Kolaborasi tiga rektor ini disambut hangat sivitas akademika dan pemangku kepentingan pendidikan. Forum ini dipandang sebagai momentum penting lahirnya model pendidikan yang tidak hanya relevan dengan kebutuhan bangsa, tetapi juga memberi kontribusi pada peradaban global. (*)