Seminar Internasional Pascasarjana UIN Mataram Hadirkan Penasihat Grand Syaikh Al-Azhar Bahas Kesetaraan Gender

MATARAM (KabarBerita) – Seminar Internasional Pascasarjana UIN Mataram menghadirkan Profesor Dr. Nahlah Sabri El-Saidy, seorang cendekiawan muslimah dan penasehat Grand Syaikh Al Azhar University, Cairo, Mesir.
Acara bertajuk “al-Mar’atu al-Muslimatu Fī al-Mujtama’āti al-Muta’addidah al-Tsaāafāti : jāribun wa tahdiyātun (Peran Perempuan Muslim dalam Masyarakat Multikulturalisme; Pengalaman dan Tantangan)”, digelar di Auditorium Pascasarjana UIN Mataram pada Rabu 12 Februari 2025.

Seminar internasional ini dihadiri oleh Rektor UIN Mataram Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag., Warek I Prof. Dr. H. Adi Fadli, M.Ag., Warek II Prof. Dr. H. Maimun, M. Pd., Warek III Prof. Dr. H. Subhan Abdullah Acim, Lc, MA., Direktur Pascasarjana Prof. Dr. H. Fahrurrozi, MA., Wakil Direktur Prof. Mohamad Abdun Nasir, Ph.D. serta semua Dekan  di lingkungan UIN Mataram, Kaprodi dan Sekprodi, guru besar, dosen di lingkungan Pascasarjana UIN Mataram. Serta dihadiri oleh ratusan mahasiswa-mahasiswi Pascasarjana.

Seminar ini di moderatori oleh Prof. Dr. H. Lalu Supriadi Bin mujib, MA. selaku kaprodi S3 Prodi Hukum Keluarga Islam sekaligus sebagai penerjemah.

Rektor UIN Mataram Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag. dalam sambutannya menyambut baik dan mendukung terlaksananya seminar ini dengan meyampaikan tarhib ahlwan wa sahlan bi qudumikum wa hudurikum wa ulumikum. “Selamat datang kepada Prof. Nahla. Kami sangat gembira atas kedatangannya. Semoga seminar internasional yang juga pertemuan pertama ini diikuti dengan pertemuan yang lain, atau bisa disambung dengan pertemuan mahasiswa kami, atau dosen yang akan melanjutkan studi ke Universitas Al Azhar Mesir”.

Dari silaturahim akademik ini Pak Rektor juga berharap akan ada tindak lanjut kerja sama UIN Mataram dengan Universitas Al Azhar. Dapat berupa pertukaran beasiswa mahasiswa dan aspek kelembagaan dan lainnya. Terlebih posisi UIN Mataram saat ini sudah meraih akreditasi unggul dan sedang menyongsong akreditasi internasional sesuai dengan visi yang diusung sebagai perguruan tinggi yang berdaya saing internasional.

Selanjutnya bapak rektor menyampaikan kunjungan ini merupakan momen yang sangat tepat dan sesuai karena pada hari yang sama beliau mengukuhkan 4 profesor sehingga saat ini UIN sudah memiliki 54 Profesor (Guru Besar). Pada sisi lain beliau mempertegas bahwa kunjungan penasehat Grand Syekh Al-Azhar merupakan kunjungan balasan setelah beliau mengutus pada tahun lalu bulan Desember 2024 ada 5 orang dosen ke Mesir untuk mempelajari peluang riset dan pengabdian internasional di Universitas Al-Azhar secara khusus dan perguruan tinggi lain di Mesir secara Umum.

Bapak Rektor menambahkan bahwa Islam sangat memperhatikan hal yang berkaitan dengan perempuan. Dalam Al-Quran dijelaskan bahwa perempuan memiliki peran penting, sebagaimana tema dalam seminar ini secara komprehensif narasumber kita akan memaparkan tentang ini yaitu pentingnya identitas seorang muslimah dan peran perempuan dalam Islam di tengah masyarakat multicultural.

Mengawali sambutannya, Prof Nahla menyampaikan salam dari Syekh Al Azhar As Sy’arif yakni Prof. Dr. Ahmad Toyib. Ia mengatakan, “Salam tulus dan penghargaannya kepada Bapak Rektor dan kepada semua profesor, dosen, serta seluruh mahasiswa dan civitas akademika UIN Mataram. Beliau mendoakan dengan doa yang baik dan tulus untuk kesuksesan UIN Mataram yang berkelanjutan”.

Dalam kesempatan ini, Professor Dr. Nahlah Sabri El-Saidy menyampaikan pandangannya mengenai tantangan yang dihadapi oleh Muslimah dalam masyarakat multikultural. Beliau menyatakan bahwa perempuan Muslimah memiliki identitas budaya dan agama yang membuatnya berbeda dari wanita lain di dunia. Identitas ini perlu dijaga dan dipatuhi. Karenanya Perempuan berperan penting dalam menentukan nasib suatu masyarakat dan seterusnya bangsa dan negara. Kerusakan dan kemerosotan akhlak pada suatu masyarakat berawal dari keterpurukan moral perempuan karena masyarakat terbentuk dari komunitas masyarakat dan komunitas masyarakat terbentuk suatu keluarga yang di dalamnya ada perempuan (sebagai ibu rumah tangga).

Menurutnya, ajaran Islam tidak bisa hanya dipahami secara tekstual namun juga kontekstual termasuk terkait dengan tema perempuan. Sebagian orang hanya membaca al-Qur’an dan hadits secara tekstual namun dalam penerapannya tidak melihat konteks waktu dan tempat. Pemahaman seperti ini tentu tidak bisa dibenarkan. Sebagai contoh di negara-negara yang minoritas berpenduduk muslim jika perempuan akan mendapatkan intimidasi dan kekerasan fisik maupun non fisik jika menggunakan hijab, maka pada kondisi ini tidak mengapa perempuan tersebut tidak menggunakan hijab. Oleh sebab itu, Agar bisa memahami peran perempuan dalam masyarakat multikulturalisme dibutuhkan konsep dan pemahaman yang baik terhadap ajaran agama Islam.

Tambah Prof, Nahla bahwa di Universitas Al-Azhar terdapat mahasiswa yang datang dari 137 negara dengan keragaman sosial dan budaya. Maka untuk berinteraksi dengan mereka Al-Azhar menerapkan strategi dialog, toleransi dan saling memahami. Disini diperlukan pemahaman yang baik tentang Islam itu ada pada moderasi beragama (Islam moderat).

Dalam menghadapi tantangan hidup Prof. Nahla juga memberikan motivasi dengan menganalogikan kehidupan diibaratkan seperti kapal laut yang terkadang menghadapi gelombang dan tantangan. Untuk menyelamatkan kapal laut tersebut maka setiap orang yang berada di dalamnya harus mengambil perannya masing-masing untuk menyelamatkan kapal tersebut. Termasuk perempuan juga harus menjalankan perannya untuk menyelamatkan masyarakat.

Kegiatan ini sangat menarik antusias peserta, terlihat dengan banyak peserta yang memberikan pertanyaan dengan mendialogkan kembali secara mendalam materi yang disampaiakan Prof. Nahla.  Hingga akhir acara para peserta merasasakan kesan yang mendalam.

Seperti yang dirasakan salah satu mahaiswa pascasarjana. “Masyaallah, saya sangat senang karena bisa bertemu dengan penasehat Al Azhar Mesir yang mana dulu saya bercita-cita bisa melanjutkan studi di Al-Azhar. Dari materi yang disampaikan sangat berkesan terutama ketika ada pembahasan bahwa orang-orang Barat mengira Islam memberikan kekangan. Tapi sebaliknya, Islam memberikan kebebasan dan penjagaan dengan kadar tertentu sesuai dengan syariat Islam. Dan itulah yang membedakan wanita Islam dengan wanita-wanita lainnya” ucapnya.

Related Posts

Sekolah Dilarang Pungut Uang Perpisahan, Ini Penjelasan Ombudsman NTB

MATARAM (KabarBerita)-Perwakilan Ombudsman Nusa Tenggara Berat (NTB) melarang satuan pendidikan untuk menarik uang perpisahan dari orang tua maupun siswa sekolah. Mengingat kegiatan tersebut bukan menjadi bagian dari proses belajar mengajar…

UM-PTKIN 2025

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You Missed

Aksi Blokade Pototano, Johan Rosihan : Warning Bagi Pemerintah Pusat

Aksi Blokade Pototano, Johan Rosihan : Warning Bagi Pemerintah Pusat

Sekolah Dilarang Pungut Uang Perpisahan, Ini Penjelasan Ombudsman NTB

Sekolah Dilarang Pungut Uang Perpisahan, Ini Penjelasan Ombudsman NTB

Hadiah Motor & Gratis Makan Bakso, Event Bakso Pak Majid Cup I Feat SML Suskes Digelar

Hadiah Motor & Gratis Makan Bakso, Event Bakso Pak Majid Cup I Feat SML Suskes Digelar

Hilang Terseret Arus Sungai, Kakek 65 Tahun Ditemukan Meninggal Dunia

Hilang Terseret Arus Sungai, Kakek 65 Tahun Ditemukan Meninggal Dunia

Heboh, Orok Bayi Ditemukan di Saluran Irigasi

Heboh, Orok Bayi Ditemukan di Saluran Irigasi

CJH Kloter 5 Kabupaten Bima Mendarat Aman di Tanah Suci

CJH Kloter 5 Kabupaten Bima Mendarat Aman di Tanah Suci