
Lombok Timur, (KabarBerita) – Masalah kekeringan masih menjadi masalah serius yang dihadapi warga Lombok Timur bagian selatan. Program seperti sumur bor sejauh ini dianggap belum bisa menjawab persoalan kekeringan terutama ketersediaan air besih di wilayah tersebut.
Masalah itu setidaknya menjadi persoalan utama yang disuarakan warga Lombok Timur bagian Selatan dalam kegiatan reses masa sidang III Anggota DPRD NTB dari fraksi partai Golkar Hamdan Kasim.
Selain air bersih, irigasi yang beririsan dengan masalah kekeringan juga mencuat disuarakan warga. Pasalnya di setiap musim tanam tiba, pengairan untuk sawah dan ladang pertanian masih menjadi kendala utama warga dalam bercocok tanam.
“Air bersih dan irigasi petani tidak bisa pakai sumur bor karena sumur bor hanya jangka pendek,” kata Politisi muda dan energik partai Golkar ini, Minggu (8/6).

Hamdan Kasim yang akrab disapa HK ini pun menawarkan solusi jangka panjang yakni membangun saluran pipa yang bisa dialirkan dari wilayah utara. Program pipanisasi itu, diharapkan nantinya tidak hanya untuk memenuhi kebutahan air bersih namun juga dapat membantu kebutahan irigasi.
“Harus ada program pipanisasi, baru bisa menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi kekeringan di Lombok Timur Selatan,” pungkasnya.
Sebagai ketua Komisi IV DPRD NTB yang membidangi masalah infrastruktur, HK komit akan menyuarakan aspirasi warga Lombok Timur Selatan itu.
Selain masalah kekeringan dan irigasi, HK juga menerima keluhan petani tembakau di wilayah tersebut. Bahan bakar untuk open tembakau ditawarkan pemerintah sejauh ini juga dianggap tidak solutif.
“Bahan bakar untuk open tembakau, selama ini menggunakan kayu bakar tapi dilarang pemerintah. Petani disuruh menggunakan cangkang kemiri. Sementara cangkang kemiri juga limit,” pungkasnya.
Menurutnya, masalah itu juga perlu dicarikan solusi, mengingat Lombok Timur Selatan juga menjadi salah satu daerah penghasil tembakau terbesar di Provinsi NTB.
Terakhir, HK juga menerima aspirasi dari para pemuda dan emak-emak yang membutuhkan lapangan kerja.
“Masalah ini juga mesti kita pikirkan, karena ini masalah perut, masalah untuk menyambung hidup,” sambungnya.
Penulis : Dedy Supiandi








