
Lombok Tengah, (KabarBerita) – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (Ketum PB NWDI), Dr. TGB. H.M Zainul Majdi, MA menyampaikan rasa duka mendalam atas meninggalnya salah satu tokoh NW sekaligus murid Maulana Syaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid yakni TGH. M. Thahir Azhari pendiri Ponpes Darul Muhibbin NW Mispalah Praya, pada Jum’at 18 Juli 2025.
Dalam kenangan TGB, sosok TGH. Thahir adalah sosok ulama yang telah mengabdikan diri dan membersamai ummat sepenuhnya. Tanggung jawabnya sebagai seorang ulama dan tuan guru sudah tersampaikan semua, baik saat beliau menjadi guru di Pancor, di Praya maupun di Anjani.
“Sebenarnya tidak banyak lah saya bisa ber takziah ,karena “hal” almarhum ini sudah cukup. “Hal”nya adalah kehidupan beliau sudah cukup, mu’asirotuhu ma ana, kebersamaan beliau bersama kita baik di pancor, di Praya maupun di Anjani kita semua sudah tau, jadi halulluhu sudah mataqo biafsahu, sudah menyampaikan semua kepada kita, sudah lebih fasih dari pada ribuan kata- yang mungkin bisa kita sampaikan,” kata TGB saat menyampaikan kata takziyah pada saat pemakaman di Komplek Ponpes Darul Muhibbin NW Mispalah Praya, Jum’at (18/7) sore.
Kepada pihak keluarga yang ditinggalkan, TGB berpesan agar al marhum diikhlaskan dan banyak-banyak didoakan. Begitu juga kepada para murid-murid al marhum yang pernah menerima ilmu agar selalu mendoakan al marhum.
“Pada saat hidup beliau bisa bersedekah sendiri, bisa kemana-mana ,mengaji sekarang sudah tidak bisa. Jadi tinggal pelinggih dan kita semua yang masih ada taaluq dengan beliau, pernah menerima ilmu dari beliau, pernah muassaroh sebentar apalagi lama,” pungkas TGB.
TGB sendiri mengaku punya kenangan khusus dengan al marhum TGH. Thahir saat belajar di Mualimin Pancor. Kenangan itu, kata TGB sangat membekas karena untuk pertamakalinya, al marhum TGH. Thahir memberikan hadiah kitab kepada TGB.
“Beliau dulu mengajar faraid mengajar fiqih di Mualimin Aliyah. Saya ingat betul ketika beliau mengajar lalu beliau masuk dan menantang kami para murid. Siapa yang bisa menghafal Ahnahdatu zzaniyah Tuqotul Ampenaniah dikasih fathul muin, itu kata beliau. Itulah tasji’ pertama yang saya rasakan saat berada di Mualimin. Alhamdulillah berkat tasji’ beliau saya dapat kitab fathul muin, jadi beliau inilah orang yang berhadiah kitab pertama kepada saya ketika saya kelas 1 Mualimin dulu,” kenang TGB.
Dari keteladanan al marhum yang murah hati itu, kata TGB maka cukuplah itu karena orang murah hati itu akan dekat kepada Allah, dekat kepada Manusia dan dekat kepada Surga.
“Jadi kita ber takziah kepada beliau dengan penuh keyakinan bahwa Insyaallah beliau ini selamat dalam alam barzah Insyaallah, dan pelajaran untuk kita bapak-bapak, saudara dan saya pribadi juga,” ajak TGB meneladani kemurahan al marhum semasa hidupnya.
Terakhir TGB menyampaikan pertemuannya dengan al marhum TGH. Thahir di sebuah pemakaman dua minggu lalu. Dan itu ternyata menjadi pertemuan terakhirnya dengan salah satu masyaikh NW tersebut.
“Persis hari Ju’mat 2 minggu yang lalu tanggal 4 kalau tidak salah, jadi beliau berdiri di samping saya dan berpelukan dan beliau meminta saya mengimami shalat jenazah dan itu menjadi pertemuan terakhir kami di dunia,” kenangnya lagi.
“Dan mudah-mudahan kita semua bisa bertemu dengan beliau diakhirat kelak bersama Almagfurlah Maulana Syaikh guru beliau dan semua yang dicintai oleh beliau,” tutup TGB.
Diketahui, TGH. Thahir Azhari meninggal dunia pada Jum’at (18/7) pagi di rumah sakit Cahaya Medika Praya.
Semasa hidupnya, TGH. M. Thahir Azhari bukan hanya dikenal sebagai seorang guru yang bersahaja, namun ia juga adalah pengiring setia Al-Maghfurlah Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid ulama besar pendiri ormas Nahdlatul Wathan (NW). Dalam setiap langkah, beliau membawa akhlak mulia, tidak pernah meninggikan suara, selalu menyapa dengan senyum dan kesederhanaan, bahkan kepada murid-murid kecil sekalipun. Dan yang akan selalu dikenang oleh jamaah dan murid beliau adalah sikap darmawan dan bermurah kepada siapa saja.
Penulis : Dedy Supiandi






