
MATARAM (KabarBerita) – Kualitas dan hasil produksi bawang merah NTB tak diragukan. Bahkan mutu ekspor bawang NTB diklaim mutu ekspor kelas satu se-Indonesia, mengalahkan daerah lain seperti Jawa Timur, Probolinggo, Jawa Tengah maupun Brebes. Namun sayang kualitas dan hasil produksi yang melimpah itu tidak dibarengi dengan adanya eksportir dari NTB.
Keresahan itu, disampaikan anggota DPRD NTB yang juga pengusaha bawang asal Kabupaten Lombok Timur, Hulaemi. Bawang NTB saat ini pungkasnya hanya menyuplay daerah Brebes dan Surabaya yang melakukan ekspor ke luar negeri.
“Sedang saya usulkan ke pak gubrnur terkait dengan perhatian kita terhadap petani bawang di NTB karena kita produksi besar, mutu ekspor kelas satu se-ndonesia mengalahkan daerah lain,” kata Hulaimi kepada KabarBerita, Jum’at 18 April 2025.
Kedepan kata politisi Partai Amanat Nasional ini, perlu kebijakan gubernur NTB yang bisa memfasilitasi putra daerah sebagai eksportir bawang merah di NTB.
“Jadi mutu barang kita kualitas ekspor, hanya tidak ada eksportir dari NTB jadi murni kita suplay ke Brebes dan Surabaya. Mudah-mudahan kedepan ada kebijakan pak gubernur untuk memfasilitasi satu putra daerah sebagai eksportir bawang merah di NTB,” harapnya.
Keuntungan dari adanya eksportir putra daerah tambah anggota Komisi II DPRD NTB ini karena ekspor juga ada kaitannya dengan ketahanan pangan nasional, khususnya kebutuhan nasional terhadap bawang merah. Jadi pemerintah bisa mengontrol keluar masuknya bawang merah, untuk memastikan ketersediaan stok aman.
“Selain itu, pemerintah daerah juga bisa mendapatkan retribusi dari kapasitas ekspor dan membuka lapangan pekerjaan sekaligus membantu petani dan konsumen,” ungkapnya.
Masalah lain dari komoditas bawang merah yakni harga yang sering tidak stabil. Kondisi ini kata Hulaemi kerap terjadi terutama saat musim panen raya karena over kapasitas. Situasi ini dimanfaatkan oleh spekulan dari pihak swasta distok untuk dijual pada musim penghujan ketika daerah sedikit yang produksi.
Akibatnya kata Hulaemi harga bawang seringkali tak terkendali karena suplay dan demand tidak sesuai. Maka kehadiran pemerintah dalam kondisi ini diharapkan ikut andil membeli hasil panen petani terutama saat terjadinya panen raya untuk ditampung dan dijual pada saat musim hujan.
“Itu bisa untuk menstabilkan harga bawang dan tidak ada lagi cerita bawang langka dan mahal terutama bulan ramadhan,” jelasnya.