
Mataram, (KabarBerita) – International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC) mengunjungi provinsi NTB dalam rangka memberikan dukungan dalam pengurangan resiko dan mitigasi bencana, Kamis (16/10).
IFRC merupakan Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, jaringan kemanusiaan sukarelawan terbesar di dunia.
IFRC mendukung 191 Perhimpunan Nasional untuk membantu orang rentan sebelum, selama, dan setelah bencana atau keadaan darurat kesehatan, serta bertindak sebagai perwakilan internasional.
Sebanyak 37 delegasi dari 18 negara yang tergabung dalam IFRC melakukan kunjungan ke provinsi NTB. Kedatangan mereka disambut langsung Gubernur NTB, Lalu Muhammad Iqbal dan jajaran pengurus PMI NTB.
“Kelompok penasehat negara donor yang salah satunya, selama ini menjadi donatur yang diterima oleh PMI, baik dalam bentuk financial, cavacity building maupun dukungan yang lainnya,” kata Lalu Muhamamd Iqbal di area BNTBS saat menerima delegasi IFRC.

Dikatakannya, bahwa delegasi ini akan turun langsung memantau keadaan dan tempat mana saja yang dijadikan obyek dalam pemanfaatan alat yang sudah disalurkan oleh IFRC.
“Mereka mensurvei langsung apakah bantuan yang mereka berikan efektif atau tidaknya. Bermanfaat atau tidak,”katanya.
Miq Iqbal juga menjelaskan bahwa pihaknya telah menerima laporan dari PMI Provinsi NTB, dan selama ini dukungan yang diberikan oleh IFRC sangat efektif dalam meningkatkan kapasitas, dalam rangka mengurangi resiko bencana dan mitigasinya.
“Jadi wajar kalau mereka kesini, karena inikan berbicara tentang mengurangi resiko dan mitigasi bencana, tapi kalau kita, kesempatan ini kita gunakan untuk jualan pariwisata dan mereka sudah bilang kita harus balik lagi kesini, ini yang ingin saya dengar gitukan,” imbuh Miq Iqbal.
Miq Iqbal juga memaparkan jika kunujungan delegasi ini datang ke NTB, karena NTB merupakan obyek yang dijadikan contoh, dan mereka tidak semata-mata melakukan kunjungan biasa tapi ada tugas yang di emban.
“NTB dijadikan obejek karena, Pertama Karena kita memang random, mereka ini tiap tahun mengecek dan ini biasanya dilakukan di akhir tahun, dan ini yang digunakan untuk budgetting di tahun yang akan datang, kedua, Karena kita menjadi daerah yang salah satunya paling tinggi resiko bencana, hampir semua jenis bencana kita milki mulai dari gunung meletus, tsunami, banjir, dan gempa, hampir semua kita ada,” paparnya.
Lebih lanjut Miq Iqbal juga memberikan keterangan, terkait keinginan lain yang akan dilakukan oleh Tim dari IFRC, selain Sekotong yang dijadikan sebagai contoh untuk menanam mangrove Gubernur mengatakan bahwa nanti akan banyak program untuk mangrove karena dari Pemerintah pusat , dari asing, dan termasuk UEA telah mengalokasikan $50 juta untuk mangrove di Indonesia.
“Banyak skema untuk mangrove itu karena mangrove ini menyumbang oksigen yang besar dan paling banyak menyerap karbon,” imbuh Eks Dubes RI untuk Turki itu. (red)






