
Mataram, (KabarBerita) – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi NTB turut merespon perihal polemik pelaksanaan lomba kategori Induk Olahraga (Inorga) Persatuan Binaraga dan Fisik Indonesia (Perbafi) pada Festival Olahraga Masyarakat Nasional (FORNAS) VIII NTB 2025 yang memantik reaksi semua pihak.
Dalam pelaksanaanya, Inorga Perbafi yang digelar di Raja Hotel Mandalika, Lombok Tengah pada Senin (28/7) itu melibatkan wanita dengan pakaian berbikini ketat.
Ketua Komisi II DPRD NTB yang membidangi masalah pariwisata, H. Lalu Pelita Putra menyayangkan inorga Perbafi itu masuk di kegiatan Fornas. Selain tidak masuk dari perspektif pariwisata, perlombaan yang mempertontonkan aurat kaum hawa itu juga dinilai bertentangan dengan masyarakat Lombok yang religius dan dikenal sebagai Pulau seribu Masjid.
“Dari persepektif pariwisata tidak masuk, kita kan dikenal karena religius dan Pulau seribu Masjid kayanya bukan seperti yang harus ditampilkan. Jadi kami sangat menyayangkan kenapa event itu masuk di kegiatan Fornas,” kata H. Lalu Pelita Putra kepada KabarBerita, Senin (28/7).
Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Lombok Tengah ini mempertanyakkan maksud dari perlombaan seperti itu, karena tidak memiliki relevansi dengan peningkatan pariwisata.
“Kita nggak tau apa maksudnya lomba seperti itu, karena kalau untuk meningkatkan pariwisata bukan itu masih banyak yang lain,” kritiknya keras kepada panitia Fornas VIII.
Lebih lanjut, anggota DPRD NTB Dapil 8 Lombok Tengah ini mengatakan kejadian tersebut merupakan bentuk kelalaian pihak panitia yang kurang melibatkan orang daerah dalam pelaksaan Fornas VIII. Karenanya kata Lalu Pelita panitia Fornas yang didominasi oleh orang pusat harus dievaluasi total.
“Ini salah satu dampak tidak melibatkan orang-orang daerah makanya hal ini bisa terjadi. Ini kelalaian panitia. Sehingga untuk kegiatan yang tidak sesuai dengan karakter daerah seperti itu maka perlu dievaluasi,” pungkasnya.
Hal senada juga disampaikan sekretaris Komisi V DPRD NTB, Sitti Ary. Sebagai politisi perempuan, ia mengaku malu melihat tontonan seperti itu.
Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini mengkritisi sikap panitia FORNAS yang sejak awal tidak terbuka soal ini inorga yang akan diperlombakan.
“Saya sebagai perempuan merasa malu melihatnya. Saya dari awal sudah minta untuk dishare terkait perlombaan, dimana saja Venue dan apa saja yang dilombakan, tapi sampai opening kami tidak menerima,” kritiknya penuh sesal.
Atas kelalaian itu, dirinya meminta panitia untuk segera menyampaikan permohonan maaf ke publik karena telah menciderai Pulau Lombok sebagai Pulau seribu Masjid.
“Kita ini kan Pulau seribu Masjid kok Fornas bawa perlombaan kaya begini. Panitia harus segera meminta maaf ke publik karena mencederai tagline Pulau seribu Masjid,” pintanya tegas.
Penulis : Dedy Supiandi